UPAYA DALAM PENINGKATAN PEMBACAAN ALAT UKUR
NURFADILLA
212092
![]() |
PERAWATAN DAN
PERBAIKAN MESIN
MECHANICAL OTOMOTIF
AKADEMI TEKNIK
SOROAKO
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas Kehadirat
Allah S.W.T. karena, atas Berkat dan Rahamat-Nyalah Penulisa dapat menyelesaikan Karya Tulis ini
tepat waktu sesuai dengan rentan waktu yang telah di sepakati.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis ini,
Penulis tidak luput dari bantuan berbagai pihak,baik secara internal maupun
eksternal. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan Terima Kasih
kepada para Dosen/Instruktur yang telah membing dalam penyusunan Karya Tulis
ini, teman-teman Mahasiswa yang telah membantu dalam segala proses pengerjaan
laporan ini dan semua yang terlibat dalam penyusunan Karya Tulis ini.
Adapun yang akan penulis bahas dalam Karya Tulis ini adalah
jenis-jenis alat ukur,pembacaan alat ukur itu sendiri serta pengaplikasian dari
alat ukur tersebut guna mempermudah Mahasiswa/Mahasiswi dalam melakukan
pengukuran suatu hasil karya atau barang produksi di workshop.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar Penulis dapat
menyempurnakan Kaya Tulis berikutnya
Akhir kata semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembacanya.
Waasalam,
Soroako,Mei
2013
Nurfadilla,
N.I.M.
2 1 2 0 9 2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa
ini , di dalam dunia perindustrian yang kian meluas, yang di butuhkan tidak
hanya orang-orang yang memiliki keterampilan yang ahli dalam satu bidang saja
tetapi juga membutuhkan kualitas dari hasil produksi yang telah diciptakan.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat
definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan
suatu besaran dengan besaran lain. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif, dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh
data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk
krakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka
dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan
pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut.
Oleh karena itu, pengukuran dari suatu benda
kerja hasil produksi sangatlah dibutuhkan dalam dunia perindustrian . Kepresisian
suatu hasil produksi juga mempengaruhi
harga jual suatu barang dan dapat mencerminkan keunggulan suaru
instansi.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalah-permasalahan yang dihadapi dan
akan dipecahkan dalam pengerjaan laporan ini sebagai bahan acuan yang akan di
capai dalam penulisan laporan ini adalah :
·
Apa saja yang termasuk dalam jenis alat
ukur ?
·
Bagaiman cara pembacaan alat ukur ?
·
Bagaimana penggunaan alat ukur tersebut
?
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan dilakukannya penulisan laporan
ini diharapkan bahwa mahasiswa dapat dengan mudah mempergunakan beberapa alat
untuk mengukur. Dengan tidak hanya mengetahui namanya saja namun juga
mempergunakan dan merepresentasikan data-data yang terukur dalam sebuah format
laporan yang sesuai.
Sebagai satu halil keluaran yang dapat
diprsentasikan dengan baik merupakan tujuan berikutnya dimna Mahasiswa dapat :
·
Mengetahui macam-macam alat ukur
·
Mengetahui cara pembacaan alat ukur
·
Mengetahui pengaplikasian alat ukur
1.4 Ruang Lingkup Kajian
Adapun
ruang lingkup kajian yang akan penulis
bahas dalan laporan ini adalah pengenalan berbagai macam alat alat ukur yang
sering digunakan pada saat melakukan
prktik di workshop dalam pengukuaran benda kerja, bagaiman cara pembacaan alat
ukur pada alat ukur,bagai mana mengetahui ketelitian suatu alat ukur, agar para
Mahasiswa tidak hanya mengenal macam-macam alat ukur tersebut tetapi juga
terampil dalam pembacaan skala maupun hasil pengukuran yang sudah di lakukan
dengan menggunakan alat ukur yang telah digunakan.
1.5 Cara Memperoleh Data
Adapun untuk melengkapi penulisan laporan ini di perlukan
beberapa referensi antar lain :
1.
Pengamatan langsung di lapangan (praktek).
Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
dilapangan melalui praktikum. Dengan cara itu kita dapat melihat dan memahami
cara penggunaan langsung pengukuran
2.
Metode study pustaka
Dengan cara ini, pengumpulan
data yang bersumber dari buku-buku yang ada di perpustakaan. Referensi seperti
ini cukup membantu karena ada banyak definisi umum mengenai pengukuran dasar.
3.
Metode Wawancara ( Interview )
Pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dan
terlibat langsung dengan system yang dianalisa guna memperoleh data yang tepat
dan akurat.
1.6 Sistematika Penayajian
Untuk memahami
lebih jelas penulisan ini, maka materi-materi yang tertera pada laporan Praktikum dikelompokkan menjadi
beberapa sub-bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada
bab ini secara ringkasan dijelaskan mengenai latar belakang penulisan, rumusan
masalah, ruang lingkup kajian, tujuan penulisan, metode pencarian data, dan sistematika pembahasan.
BAB 2 TEORI DASAR
Pada bab ini menjelaskan tentang teori umum
dan teori khusus, dimana teori khusus meliputi, jenis-jennis alat ukur,
pembacaan alat ukur, dan penggunaan alat ukur.
BAB 3 PEMBAHASAN MATERI
Bab ini
berisikan tentang penggunaan alat
ukur berikut dengan perhitungannya. Alat ukur tersebut adalah jangka sorong,
mikrometer, bevel prtactor, spirit level, dan dial indikator.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini
merupakan bab penutup yang berisikan
simpulan dan saran-saran baik bagi pihak perusahaan ataupun bagi pihak-pihak
lainnya yang membutuhkan untuk digunakan sebagai bahan referensi yang juga
bertujuan demi perbaikan di masa yang akan datang.
BAB 2 TEORI DASAR
2.1 Teori Umum
Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran acuan/pembading/referensi. Proses pengukuran akan
menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan ini. Dalam pengukuran yang lebih luas, pengukuran
merupakan bentuk penggunaan sebuah bilangan berdasarkan karakteristik suatu
situasi(Albert ) Pengukuran lebih umum di situasikan saat pengerjaan di luar rumah. Pengukuran
dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran
acuan/pembading/referensi. Pengukuran merupakan perbandingan kuantitatif antara
standard yang telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Standar
pembanding fakultas mempunyai sifat yang sama dengan yang diukur dan ditentukan
oleh internasional organization for
standard (ISO), American national standard Institute (ANSI), NBS, dll.
2.2 Teori Khusus
Pengukuran yang
dilakukan adalah proses untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat
menggunak alat ukur. Penyimpanan atau kesalahan pengukuran yang bersumber dari
alat ukur yaitu ; histories,kelambatan reaksi,pergeseran nol,dan kestabilan
nol. Pengukuran
merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran Dasar mendapat
perbedaan-perbedaan atau ketidakpastian dalam setiap pengukuran. Ketika
melakukan percobaan pada bola-bola besi dan balok besi ternyata ketidak pastian
dalam pengukuran memang terjadi, setiap pengukuran misalnya, pengukuran
panjang, lebar, tinggi, dan diameter. Dari setiap pengukuran itu ternyata
berbeda-beda walaupun ternyata perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor ketidak pastian. Misalnya saja kesalahan dalam kalibrasi,
yang disebabkan oleh kurang bagusnya alat, bisa juga Karena kesalahan pembacaan
skala, atau karena ketelitian alat pengukur yang terbatas serta faktor-faktor
ketidakpastian lainnya. Di dalam
pengukuran dikenal suatu istilah akurasi dan presis. Akurasi adalah suatu alat
ukur yang menggambarkan seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Sedangkan presisi adalah perubahan terkecil yang dapat direspon
oleh suatu alat ukur. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah
ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.
2.3 Jenis-jenis Alat Ukur
1.
Jangka
sorong
Jangka sorong merupakan
alat pengukur panjang suatu benda yang ukurannya cukup kecil, dan jari-jari
dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung. Jangka sorong terdiri dari dua
pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan sepasang untuk pengukur dalam.
Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan ada rahang yang di geser-geser.
Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi skala dalam cm dan mm
sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm
sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama dengan 0,9 mm. jadi,
skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala utama. Angka 0,1 mm
menyatakan ketelitian jangka sorong.
![]() |
gambar 2.1
sumber: http://
sumberperkakas.indonetwork.co.id
2.
Mikrometer
Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara
lain: poros tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa
pemutar. Biasanya alat ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan,
diameter bola, dan diameter kawat ang sangat kecil. Skala utama mempunyai skala
mm dan 0,5 mm. Skala nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5
mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala nonius sama dengan
0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian micrometer.
![]() |
0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian micrometer.
gambar 2.2 sumber : www.wisegeek.org/what-is-a-micrometer-caliper.htm
3.
Bevel Protactor
Bevel protactor adalah pengembangan dari protractor dengan sebuah
atau dua buah lengan yang bisa berputar. Bevel protactor banyak dipakai pada
gambar arsitektur
dan mesin, sebelum perangkat lunak CAD banyak digunakan.
Bentuk lain dari bevel protactor adalah bevel protractor mekanis yang banyak
dipakai dalam proses permesinan maupun pembuatan mold.

gambar 2.3
Bevel Protactor
sumber : http://www.bjcandc.com/Protractors.html
4.
Spirit level
Spirit level atau water
pas adalah alat yang dirancang untuk menunjukkan apakah permukaan horizontal (tingkat) atau vertikal (tegak lurus). Spirit level juga adalah alat yang sangat tua,
yang digunakan oleh tukang kayu, pembangun, dan bahkan orang-orang
di rumah mencoba untuk menggantung sebuah lukisan, yang membantu Anda untuk
menentukan garis lurus atau
tegak lurus. Ini juga disebut tingkat gelembung karena
tujuan ketika Anda berbaris satu sampai secara
horizontal adalah bahwa Anda ingin
gelembung dalam jumlah kecil cairan di tengah tingkat
berada di tengah, antara dua baris. Ini akan
membiarkan Anda tahu dengan kesepakatan yang
baik dari akurasi apakah garis Anda adalah lurus. Ada juga jenis waterpas
untuk mengukur garis vertikal tingkat, yang dapat
beroperasi dengan standar yang
agak berbeda.

gambar 2.4
Sprit Level
5.
Dial
Indikator
Dial indikator adalah suatu alat untuk mengukur atau mengecek kecenteran suatu lingkaran atau diameter
suatu benda yang ingin di machining.


gambar 2.5
Dial Indicator
6.
Kongkol
Penggores Presisi
Kongkol penggores adalah perkembangan dari jangka sorong
dengan skala utamanya terdapat pada posisi vertical dari frame dan dilengkapi
dengan dasar/base. Cara pembacaannya sama dengan jangka sorong biasa, kecuali
pembacaannya harus dilakukan dari rahang tidak tetap terhadap bidang dasar.
2.4 Bagian-bagian Alat Ukur
·
Jangka Sorong

gambar 2.6
Jangka Sorong.
sumber : http://kalibrasi.org/tag/jangka-sorong/
1.
Gigi luar
2.
Gigi dalam
3.
Pengukur
kedalaman
4.
Ukuran utama
5.
Ukuran utama
6.
Patokan pembacaan skala utama.
7.
Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8.
Untuk menghentikan atau melancarkan geseran
pengukuran.
·
Micrometer

gambar
2.7 Micrometer. sumber : http:// myleprac.blogspot.com
·
Spirit Level


Bagian-bagian alat ukur waterpass
Alat ukur waterpass yang sederhana hanya terdiri dari empat
komponen yaitu :
1.
Teropong yang didalamnya terdapat lensa
objektif, lensa okuler dan diaphragm
2.
Nivo tabung yang berbentuk tabung
3.
Benang bacaan (BA, BT, BB)
4.
Tiga skrup pendatar.
·
Dial Indicator

gambar 2.9
sumber : http://www.harborfreight.com/media/catalog/product/cache/1/image
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Cara Pembacaan Alat Ukur
3.1.1 Jangka Sorong

gambar 3.1
sumber: http:// Jendela Iptek dan Waktu, PT Balai Pustaka, 2000
Jangka sorong digunakan untuk mengukur dimensi dalam dan
dimensi pada bentuk sederhana. Ketelitian 0,02 mm dan
inchi.

·
Perhatikan Jangka Sorong di bawah ini !
·
Setelah kita megendorkan skrup dan geser rahang ke kanan
·
Jika kita
ingin mengukur panjang maka diletakkan benda di antara rahang tetap dan rahang
bawah
·
menutup kembali rahang geser sehingga benda yang
diukur tidak bergerak, namun jangan sampai tertekan karena akan mempengaruhi
hasil pengukuran.
![]() |
Mmbaca skala utama dan skala nonius
gambar
3.3 pembacaan Jangka Sorong
sumber : http://guru-ipa-pati.blogspot.com
Hasil pengukuran dari jangka sorong :

=17
div.1 mm+19 div. 0.02
= 17 +
0,38
=7,38mm

= 

=12
div +0.05
= 22,2mm

= 32
div.0,025 + 8 div.0,001
= 0,8
+ 0,008
= 0,808mm


= 6 div.
in + 7 div.
in


= 
+ 



= 



= 
inch


3.1.2 Micrometer
![]() |
Skala utama 21+0
= 21 mm 21+0,5+242x0,01
Sarung pengukur 1
div x 0,01 21,5+0,242
Skala nonius 1
div x 0,001 =
21,742mm
Skala utama 41+0
= 41 mm 41+0,5+182x0,001
Sarung pengukur 1
div x 0,01 41,5+0,182
Skala nonius 1
div x 0,001 =
41,628mm
3.1.3

Bevel Protactor

pembacaan : 

hasil pengukuran yang diperoleh penulis :
1 div skala nonius = 

=

=115 

Ketelitiannya : 2 div skala utama . 1 div skala nonius
= 

= 120’-115’
= 5’
Hasil pengukuran Bevel Protactor
No Bagian
|
Alat Ukur
|
Bevel Protactor
|
|
5’
|
|
1
|
120°
|
2
|
119°
|
3
|
122°
|
4
|
119°
|
5
|
118°12’
|
6
|
120°
|
No.Alat Ukur
|
U.MP.BP.360.MY.02
|
No. Benda
|
135
|
3.1.4 Spirit Level

gambar 3.6 sumber : http://shop.adjustplus.biz/images/ProdPic
Hasil penghitugan spirit level :
Panjang jangka sorong 24mm. Ukuran per divisi
jangka sorong 2mm; 12 div.
Dari garis yang di tunjukkan pengukuran spirit
level ada 4 div.
Jadi ,12 div + 4 div = 16 div
Ketelitian spirit level 0,02
16 div.0,02
= 0,32 

3.1.5 Dial Indicator
![]() |
gambar 3.7
Dial Indicator
sumber : http://techno.com.my/online/images
Hasil
penghitungan dial indicator :
Lebar
ukuran meja = 22cm
Hasil
pengukuran dial indicator melenceng 1 div dari 0°
1 div
x 0,01 = 0,01
22 x
10mm = 220mm
Jadi,
mm

3.2 Penggunaan Alat Ukur
3.2.1 Jangka Sorong

gambar 3.8
penggunaan ajangka sorong
sumber : http://jangkasorong.net/cara-menggunakan-jangka-sorong.html
1)
Untuk mengukur panjang suatu benda
2)
Mengukur ketebalan suatu benda
3)
Mengukur kedalam suatu benda
3.2.2 Micrometer
digunakan untuk mengukur ukuran luar benda sperti diameter
luar,panjang atau lebar
1.
Putar sekrup pemutar atau silinder bergerigi.
2.
Pasang
benda di antara rahang putar dan rahang tetap
3.
kencangkan kembali silinder begerigi samapi
benda yang diukur tidak bergerak, jangan terlalu kencang agar tidak
mempengaruhi pengukuran

gambar
3.10 Penggunaan Micrometer
Menggunakan mikrometer, ukur diameter luar, dan luncuran
dalam. Diameter minimum
36,98 (1,4559 in).
36,98 (1,4559 in).
3.2.3 Bevel Protactor


Ukur sudut benda yang akan kita ukur dengan cara rapatkan Bevel Protactor
pada benda kerja, jangan sampai ada ruang yang tidak rapat. Setelah itu baca
hasilnya pada skala utama dan skala nonius.
3.2.4 Spirit Level

gambar
3.12 Spirit Level
cara penggunaanya terhadap benda kerja yaitu dengan
meletakkan Spirit Level di atas meja yang akan di ukur dan lihat berapa
kemiringan mja tersebut . Sudut kemiringan akan tetap sama, akan tetapi
kemiringan yang akan berbeda.
3.2.5 Dial Indicator

gambar 3.13 Dial
Indicator
sumber : http://techno.com.my/online/images
·
Pasang Dial Indicactor pada tangkainnya
·
Pasang Dial Indicator pada posisi yang sesuai
untuk mengukur kerataan meja
·
Setelah itu meja di geser kearah kanan dan Dial
Indicator tetap setelah sampai pada ujungnya.
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek selama sepekan maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
§
Dalam pross Quality Control harus membutuhkan
ketekunan,latihan dan teliti dalam menggunakan alat pemeriksa dan alat ukur,
agar mahasiswa lebih mahir lagi dalam menggunakan alat ukur
§
Semakin tinggi ketelitian alat ukur, maka
semakin tinggi pula kepresisian suatu benda
4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dan Mahasiswi untuk tidak
mlakukan inisiatif yang keliru agar
tidak salah dalam mngerjakan apa yang diinstruksikan oleh Instruktur
Jangan menggunakan alat ukur apabila kgunaan dan fungsinya
belum diketahui atau di mengrti.
DAFTAR PUSTAKA
ISTC.1990. Basic Measurement : Soroako, Akademi Teknik Soroako
ISTC. 1992. QualityControl : Soroako, Akademi Teknik Soroako
UPAYA DALAM PENINGKATAN PEMBACAAN ALAT UKUR
NURFADILLA
212092
![]() |
PERAWATAN DAN
PERBAIKAN MESIN
MECHANICAL OTOMOTIF
AKADEMI TEKNIK
SOROAKO
2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas Kehadirat
Allah S.W.T. karena, atas Berkat dan Rahamat-Nyalah Penulisa dapat menyelesaikan Karya Tulis ini
tepat waktu sesuai dengan rentan waktu yang telah di sepakati.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis ini,
Penulis tidak luput dari bantuan berbagai pihak,baik secara internal maupun
eksternal. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan Terima Kasih
kepada para Dosen/Instruktur yang telah membing dalam penyusunan Karya Tulis
ini, teman-teman Mahasiswa yang telah membantu dalam segala proses pengerjaan
laporan ini dan semua yang terlibat dalam penyusunan Karya Tulis ini.
Adapun yang akan penulis bahas dalam Karya Tulis ini adalah
jenis-jenis alat ukur,pembacaan alat ukur itu sendiri serta pengaplikasian dari
alat ukur tersebut guna mempermudah Mahasiswa/Mahasiswi dalam melakukan
pengukuran suatu hasil karya atau barang produksi di workshop.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar Penulis dapat
menyempurnakan Kaya Tulis berikutnya
Akhir kata semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembacanya.
Waasalam,
Soroako,Mei
2013
Nurfadilla,
N.I.M.
2 1 2 0 9 2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa
ini , di dalam dunia perindustrian yang kian meluas, yang di butuhkan tidak
hanya orang-orang yang memiliki keterampilan yang ahli dalam satu bidang saja
tetapi juga membutuhkan kualitas dari hasil produksi yang telah diciptakan.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat
definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan
suatu besaran dengan besaran lain. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara kuantitatif, dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh
data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk
krakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka
dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan
pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut.
Oleh karena itu, pengukuran dari suatu benda
kerja hasil produksi sangatlah dibutuhkan dalam dunia perindustrian . Kepresisian
suatu hasil produksi juga mempengaruhi
harga jual suatu barang dan dapat mencerminkan keunggulan suaru
instansi.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalah-permasalahan yang dihadapi dan
akan dipecahkan dalam pengerjaan laporan ini sebagai bahan acuan yang akan di
capai dalam penulisan laporan ini adalah :
·
Apa saja yang termasuk dalam jenis alat
ukur ?
·
Bagaiman cara pembacaan alat ukur ?
·
Bagaimana penggunaan alat ukur tersebut
?
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan dilakukannya penulisan laporan
ini diharapkan bahwa mahasiswa dapat dengan mudah mempergunakan beberapa alat
untuk mengukur. Dengan tidak hanya mengetahui namanya saja namun juga
mempergunakan dan merepresentasikan data-data yang terukur dalam sebuah format
laporan yang sesuai.
Sebagai satu halil keluaran yang dapat
diprsentasikan dengan baik merupakan tujuan berikutnya dimna Mahasiswa dapat :
·
Mengetahui macam-macam alat ukur
·
Mengetahui cara pembacaan alat ukur
·
Mengetahui pengaplikasian alat ukur
1.4 Ruang Lingkup Kajian
Adapun
ruang lingkup kajian yang akan penulis
bahas dalan laporan ini adalah pengenalan berbagai macam alat alat ukur yang
sering digunakan pada saat melakukan
prktik di workshop dalam pengukuaran benda kerja, bagaiman cara pembacaan alat
ukur pada alat ukur,bagai mana mengetahui ketelitian suatu alat ukur, agar para
Mahasiswa tidak hanya mengenal macam-macam alat ukur tersebut tetapi juga
terampil dalam pembacaan skala maupun hasil pengukuran yang sudah di lakukan
dengan menggunakan alat ukur yang telah digunakan.
1.5 Cara Memperoleh Data
Adapun untuk melengkapi penulisan laporan ini di perlukan
beberapa referensi antar lain :
1.
Pengamatan langsung di lapangan (praktek).
Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
dilapangan melalui praktikum. Dengan cara itu kita dapat melihat dan memahami
cara penggunaan langsung pengukuran
2.
Metode study pustaka
Dengan cara ini, pengumpulan
data yang bersumber dari buku-buku yang ada di perpustakaan. Referensi seperti
ini cukup membantu karena ada banyak definisi umum mengenai pengukuran dasar.
3.
Metode Wawancara ( Interview )
Pengumpulan data dengan cara
mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dan
terlibat langsung dengan system yang dianalisa guna memperoleh data yang tepat
dan akurat.
1.6 Sistematika Penayajian
Untuk memahami
lebih jelas penulisan ini, maka materi-materi yang tertera pada laporan Praktikum dikelompokkan menjadi
beberapa sub-bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut.
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada
bab ini secara ringkasan dijelaskan mengenai latar belakang penulisan, rumusan
masalah, ruang lingkup kajian, tujuan penulisan, metode pencarian data, dan sistematika pembahasan.
BAB 2 TEORI DASAR
Pada bab ini menjelaskan tentang teori umum
dan teori khusus, dimana teori khusus meliputi, jenis-jennis alat ukur,
pembacaan alat ukur, dan penggunaan alat ukur.
BAB 3 PEMBAHASAN MATERI
Bab ini
berisikan tentang penggunaan alat
ukur berikut dengan perhitungannya. Alat ukur tersebut adalah jangka sorong,
mikrometer, bevel prtactor, spirit level, dan dial indikator.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini
merupakan bab penutup yang berisikan
simpulan dan saran-saran baik bagi pihak perusahaan ataupun bagi pihak-pihak
lainnya yang membutuhkan untuk digunakan sebagai bahan referensi yang juga
bertujuan demi perbaikan di masa yang akan datang.
BAB 2 TEORI DASAR
2.1 Teori Umum
Pengukuran dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu
besaran dengan besaran acuan/pembading/referensi. Proses pengukuran akan
menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan ini. Dalam pengukuran yang lebih luas, pengukuran
merupakan bentuk penggunaan sebuah bilangan berdasarkan karakteristik suatu
situasi(Albert ) Pengukuran lebih umum di situasikan saat pengerjaan di luar rumah. Pengukuran
dalam arti yang umum adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran
acuan/pembading/referensi. Pengukuran merupakan perbandingan kuantitatif antara
standard yang telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Standar
pembanding fakultas mempunyai sifat yang sama dengan yang diukur dan ditentukan
oleh internasional organization for
standard (ISO), American national standard Institute (ANSI), NBS, dll.
2.2 Teori Khusus
Pengukuran yang
dilakukan adalah proses untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat
menggunak alat ukur. Penyimpanan atau kesalahan pengukuran yang bersumber dari
alat ukur yaitu ; histories,kelambatan reaksi,pergeseran nol,dan kestabilan
nol. Pengukuran
merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran Dasar mendapat
perbedaan-perbedaan atau ketidakpastian dalam setiap pengukuran. Ketika
melakukan percobaan pada bola-bola besi dan balok besi ternyata ketidak pastian
dalam pengukuran memang terjadi, setiap pengukuran misalnya, pengukuran
panjang, lebar, tinggi, dan diameter. Dari setiap pengukuran itu ternyata
berbeda-beda walaupun ternyata perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor ketidak pastian. Misalnya saja kesalahan dalam kalibrasi,
yang disebabkan oleh kurang bagusnya alat, bisa juga Karena kesalahan pembacaan
skala, atau karena ketelitian alat pengukur yang terbatas serta faktor-faktor
ketidakpastian lainnya. Di dalam
pengukuran dikenal suatu istilah akurasi dan presis. Akurasi adalah suatu alat
ukur yang menggambarkan seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai
sebenarnya. Sedangkan presisi adalah perubahan terkecil yang dapat direspon
oleh suatu alat ukur. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah
ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.
2.3 Jenis-jenis Alat Ukur
1.
Jangka
sorong
Jangka sorong merupakan
alat pengukur panjang suatu benda yang ukurannya cukup kecil, dan jari-jari
dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung. Jangka sorong terdiri dari dua
pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan sepasang untuk pengukur dalam.
Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan ada rahang yang di geser-geser.
Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi skala dalam cm dan mm
sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm
sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama dengan 0,9 mm. jadi,
skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala utama. Angka 0,1 mm
menyatakan ketelitian jangka sorong.
![]() |
gambar 2.1
sumber: http://
sumberperkakas.indonetwork.co.id
2.
Mikrometer
Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara
lain: poros tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa
pemutar. Biasanya alat ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan,
diameter bola, dan diameter kawat ang sangat kecil. Skala utama mempunyai skala
mm dan 0,5 mm. Skala nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5
mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala nonius sama dengan
0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian micrometer.
![]() |
0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian micrometer.
gambar 2.2 sumber : www.wisegeek.org/what-is-a-micrometer-caliper.htm
3.
Bevel Protactor
Bevel protactor adalah pengembangan dari protractor dengan sebuah
atau dua buah lengan yang bisa berputar. Bevel protactor banyak dipakai pada
gambar arsitektur
dan mesin, sebelum perangkat lunak CAD banyak digunakan.
Bentuk lain dari bevel protactor adalah bevel protractor mekanis yang banyak
dipakai dalam proses permesinan maupun pembuatan mold.

gambar 2.3
Bevel Protactor
sumber : http://www.bjcandc.com/Protractors.html
4.
Spirit level
Spirit level atau water
pas adalah alat yang dirancang untuk menunjukkan apakah permukaan horizontal (tingkat) atau vertikal (tegak lurus). Spirit level juga adalah alat yang sangat tua,
yang digunakan oleh tukang kayu, pembangun, dan bahkan orang-orang
di rumah mencoba untuk menggantung sebuah lukisan, yang membantu Anda untuk
menentukan garis lurus atau
tegak lurus. Ini juga disebut tingkat gelembung karena
tujuan ketika Anda berbaris satu sampai secara
horizontal adalah bahwa Anda ingin
gelembung dalam jumlah kecil cairan di tengah tingkat
berada di tengah, antara dua baris. Ini akan
membiarkan Anda tahu dengan kesepakatan yang
baik dari akurasi apakah garis Anda adalah lurus. Ada juga jenis waterpas
untuk mengukur garis vertikal tingkat, yang dapat
beroperasi dengan standar yang
agak berbeda.

gambar 2.4
Sprit Level
5.
Dial
Indikator
Dial indikator adalah suatu alat untuk mengukur atau mengecek kecenteran suatu lingkaran atau diameter
suatu benda yang ingin di machining.


gambar 2.5
Dial Indicator
6.
Kongkol
Penggores Presisi
Kongkol penggores adalah perkembangan dari jangka sorong
dengan skala utamanya terdapat pada posisi vertical dari frame dan dilengkapi
dengan dasar/base. Cara pembacaannya sama dengan jangka sorong biasa, kecuali
pembacaannya harus dilakukan dari rahang tidak tetap terhadap bidang dasar.
2.4 Bagian-bagian Alat Ukur
·
Jangka Sorong

gambar 2.6
Jangka Sorong.
sumber : http://kalibrasi.org/tag/jangka-sorong/
1.
Gigi luar
2.
Gigi dalam
3.
Pengukur
kedalaman
4.
Ukuran utama
5.
Ukuran utama
6.
Patokan pembacaan skala utama.
7.
Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8.
Untuk menghentikan atau melancarkan geseran
pengukuran.
·
Micrometer

gambar
2.7 Micrometer. sumber : http:// myleprac.blogspot.com
·
Spirit Level


Bagian-bagian alat ukur waterpass
Alat ukur waterpass yang sederhana hanya terdiri dari empat
komponen yaitu :
1.
Teropong yang didalamnya terdapat lensa
objektif, lensa okuler dan diaphragm
2.
Nivo tabung yang berbentuk tabung
3.
Benang bacaan (BA, BT, BB)
4.
Tiga skrup pendatar.
·
Dial Indicator

gambar 2.9
sumber : http://www.harborfreight.com/media/catalog/product/cache/1/image
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Cara Pembacaan Alat Ukur
3.1.1 Jangka Sorong

gambar 3.1
sumber: http:// Jendela Iptek dan Waktu, PT Balai Pustaka, 2000
Jangka sorong digunakan untuk mengukur dimensi dalam dan
dimensi pada bentuk sederhana. Ketelitian 0,02 mm dan
inchi.

·
Perhatikan Jangka Sorong di bawah ini !
·
Setelah kita megendorkan skrup dan geser rahang ke kanan
·
Jika kita
ingin mengukur panjang maka diletakkan benda di antara rahang tetap dan rahang
bawah
·
menutup kembali rahang geser sehingga benda yang
diukur tidak bergerak, namun jangan sampai tertekan karena akan mempengaruhi
hasil pengukuran.
![]() |
Mmbaca skala utama dan skala nonius
gambar
3.3 pembacaan Jangka Sorong
sumber : http://guru-ipa-pati.blogspot.com
Hasil pengukuran dari jangka sorong :

=17
div.1 mm+19 div. 0.02
= 17 +
0,38
=7,38mm

= 

=12
div +0.05
= 22,2mm

= 32
div.0,025 + 8 div.0,001
= 0,8
+ 0,008
= 0,808mm


= 6 div.
in + 7 div.
in


= 
+ 



= 



= 
inch


3.1.2 Micrometer
![]() |
Skala utama 21+0
= 21 mm 21+0,5+242x0,01
Sarung pengukur 1
div x 0,01 21,5+0,242
Skala nonius 1
div x 0,001 =
21,742mm
Skala utama 41+0
= 41 mm 41+0,5+182x0,001
Sarung pengukur 1
div x 0,01 41,5+0,182
Skala nonius 1
div x 0,001 =
41,628mm
3.1.3

Bevel Protactor

pembacaan : 

hasil pengukuran yang diperoleh penulis :
1 div skala nonius = 

=

=115 

Ketelitiannya : 2 div skala utama . 1 div skala nonius
= 

= 120’-115’
= 5’
Hasil pengukuran Bevel Protactor
No Bagian
|
Alat Ukur
|
Bevel Protactor
|
|
5’
|
|
1
|
120°
|
2
|
119°
|
3
|
122°
|
4
|
119°
|
5
|
118°12’
|
6
|
120°
|
No.Alat Ukur
|
U.MP.BP.360.MY.02
|
No. Benda
|
135
|
3.1.4 Spirit Level

gambar 3.6 sumber : http://shop.adjustplus.biz/images/ProdPic
Hasil penghitugan spirit level :
Panjang jangka sorong 24mm. Ukuran per divisi
jangka sorong 2mm; 12 div.
Dari garis yang di tunjukkan pengukuran spirit
level ada 4 div.
Jadi ,12 div + 4 div = 16 div
Ketelitian spirit level 0,02
16 div.0,02
= 0,32 

3.1.5 Dial Indicator
![]() |
gambar 3.7
Dial Indicator
sumber : http://techno.com.my/online/images
Hasil
penghitungan dial indicator :
Lebar
ukuran meja = 22cm
Hasil
pengukuran dial indicator melenceng 1 div dari 0°
1 div
x 0,01 = 0,01
22 x
10mm = 220mm
Jadi,
mm

3.2 Penggunaan Alat Ukur
3.2.1 Jangka Sorong

gambar 3.8
penggunaan ajangka sorong
sumber : http://jangkasorong.net/cara-menggunakan-jangka-sorong.html
1)
Untuk mengukur panjang suatu benda
2)
Mengukur ketebalan suatu benda
3)
Mengukur kedalam suatu benda
3.2.2 Micrometer
digunakan untuk mengukur ukuran luar benda sperti diameter
luar,panjang atau lebar
1.
Putar sekrup pemutar atau silinder bergerigi.
2.
Pasang
benda di antara rahang putar dan rahang tetap
3.
kencangkan kembali silinder begerigi samapi
benda yang diukur tidak bergerak, jangan terlalu kencang agar tidak
mempengaruhi pengukuran

gambar
3.10 Penggunaan Micrometer
Menggunakan mikrometer, ukur diameter luar, dan luncuran
dalam. Diameter minimum
36,98 (1,4559 in).
36,98 (1,4559 in).
3.2.3 Bevel Protactor


Ukur sudut benda yang akan kita ukur dengan cara rapatkan Bevel Protactor
pada benda kerja, jangan sampai ada ruang yang tidak rapat. Setelah itu baca
hasilnya pada skala utama dan skala nonius.
3.2.4 Spirit Level

gambar
3.12 Spirit Level
cara penggunaanya terhadap benda kerja yaitu dengan
meletakkan Spirit Level di atas meja yang akan di ukur dan lihat berapa
kemiringan mja tersebut . Sudut kemiringan akan tetap sama, akan tetapi
kemiringan yang akan berbeda.
3.2.5 Dial Indicator

gambar 3.13 Dial
Indicator
sumber : http://techno.com.my/online/images
·
Pasang Dial Indicactor pada tangkainnya
·
Pasang Dial Indicator pada posisi yang sesuai
untuk mengukur kerataan meja
·
Setelah itu meja di geser kearah kanan dan Dial
Indicator tetap setelah sampai pada ujungnya.
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktek selama sepekan maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
§
Dalam pross Quality Control harus membutuhkan
ketekunan,latihan dan teliti dalam menggunakan alat pemeriksa dan alat ukur,
agar mahasiswa lebih mahir lagi dalam menggunakan alat ukur
§
Semakin tinggi ketelitian alat ukur, maka
semakin tinggi pula kepresisian suatu benda
4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dan Mahasiswi untuk tidak
mlakukan inisiatif yang keliru agar
tidak salah dalam mngerjakan apa yang diinstruksikan oleh Instruktur
Jangan menggunakan alat ukur apabila kgunaan dan fungsinya
belum diketahui atau di mengrti.
DAFTAR PUSTAKA
ISTC.1990. Basic Measurement : Soroako, Akademi Teknik Soroako
ISTC. 1992. QualityControl : Soroako, Akademi Teknik Soroako
Tidak ada komentar :
Posting Komentar